Kamis, 19 Januari 2012
sasirangan
Kain sasirangan yang merupakan kerajinan khas daerah Kalimantan Selatan
(Kalsel) menurut para tetua masyarakat setempat, dulunya digunakan
sebagai ikat kepala (laung), juga sebagai sabuk dipakai kaum lelaki
serta sebagai selendang, kerudung, atau udat (kemben) oleh kaum wanita.
Kain ini juga sebagai pakaian adat dipakai pada upacara-upacara adat,
bahkan Kain sasirangan digunakan pada pengobatan orang sakit.
sasirangan
Untuk membuat warna yang dikehendaki,
maka zat warna naphtol harus ditimbulkan/dipeksasi dengan garamnya.
Untuk melarutkan garamnya, diambil sesuai dengan keperluan kemudian
ditambahkan air panas sedikit demi sedikit sambil diaduk-aduk kuat-kuat
sehingga zat melarut semua dan didapatkan larutan yang bening.
Banyaknya larutan disesuaikan dengan keperluan. Kedua larutan yaitu
naphtol dan garam sudah dapat dipergunakan untuk mewarnai kain sasirangan, yaitu dengan cara pertama-tama mengoleskan/menyapukan zat
warna naphtol pada kain yang telah disirang yang kemudian disapukan
lagi/dioleskan larutan garamnya sehingga akan timbul warna pada kain
sasirangan yang sudah diolesi sesuai dengan warna yang diinginkan.
Setelah seluruh kain diberi warna, kain dicuci bersih-bersih sampai air
cucian tidak berwarna lagi.
Kain yang sudah bersih, kemudian
dilepaskan jahitannya sehingga terlihat motif-motif bekas jahitan
diantara warna-warna yang ada pada kain tersebut. Sampai disini proses
pembuatan kain sasirangan, telah selesai dan dijemur salanjutnya
diseterika dan siap untuk dipasarkan.
Langganan:
Postingan (Atom)